3.23.2011

#Day 27 - Pelacur




17.00
Ini masih dalam hitungan sore menjelang malam. Perempuan berambut sebahu itu duduk sendirian menghadap taman. Menggunakan atasan berbelahan dada rendah nan elegan. Dipadukan dengan celana berwarna khaki dan high heels senada. Mengisap sebatang rokok. Juga bertemankan secangkir kopi.

Tidak tahu siapa yang ia tunggu. Tatapannya kosong. Ia menyeruput kopinya dalam-dalam seolah esok takkan ada lagi kesempatan. Wajahnya yang cantik tak dapat menyembunyikan risau. Seperti ada yang ingin ia utarakan dengan lantang dan lepas.

21.00
Cangkir kopinya masih tergeletak di meja. Begitu pula dengan pemiliknya. Tidak berkutat dari tempat duduk semula. Hari sudah gelap.

21.10
Sesosok laki-laki paruh baya menghampiri ia. Setelan necis dan wibawa membuat laki-laki ini penuh pesona. Wangi parfumnya menyebar ke seluruh penjuru. Maskulin dan percaya diri. Laki-laki menyapa ia dengan sebuah kecupan di pipi. Manis. Tapi senyumnya memuat rasa nakal.

Beranjaklah mereka. Ke sebuah tempat dimana hasrat ditumpahkan. Landasannya bukan cinta. Tapi nafsu. Kebutuhan biologis katanya. Pelampiasan atas rasa sakit yang bertemu dengan sesaknya buncahan imajinasi.

00.00
Perempuan duduk menghadap jendela. Menyulut sebuah rokok. Membiarkan uap-uap hawa nafsu melayang di atas udara. Matanya nanar. Tidak peduli juga dengan laki-laki yang tadi merajai raganya. Baginya ini hanyalah sebuah profesi. Profesi yang bermuatan permainan belaka. Yang pada akhirnya menjadikan ia tak memiliki rasa.

Dadanya terasa sesak. Kali ini, setelah perjalanan panjang kehidupan, ia hanya ingin menyuarakan sesuatu. Lantang. Lepas. Lugas.

“Aku tidak pernah ingin jadi pelacur!”


-Jakarta, Maret 2011, V-

Terinspirasi dari kata ‘pelacur’ yang saya dengar beberapa kali hari ini. Yang ditujukan dari seseorang kepada orang lain, entah dalam arti sebenarnya atau dalam arti penzinah hati. Jangan jadi pelacur!

                                                                                                   


No comments:

Post a Comment