3.17.2011

#Day 21 - Selamat Ulang Tahun Adik!




Suara tangis terdengar lantang ketika kulitnya bersentuhan dengan dinginnya udara dunia.
Rambutnya sedikit berdiri kala itu. Berkulit putih dan cantik.

20 tahun yang lalu ia lahir.
Hanya saya dan beberapa ahli medik yang berada bersamanya. Tentu saja sesudah mama. Papa tidak sempat menyaksikan kelahirannya saat itu, karena masih dalam perjalanan dinas. Keeesokan harinya barulah bertemu. Rasa haru pun memenuhi rumah persalinan itu.

Adik perempuan yang lahir enam tahun setelah saya ini punya postur yang lebih besar ketimbang milik saya. Suaranya indah. Penyayang. Sedikit sensitif. Sedikit keras kepala. Namun sangat menyenangkan.

Saya sangat menyayanginya.

Saya ingat, sewaktu kami masih sekecil kurcaci, ia selalu bersenandung mengikuti lagu-lagu yang popular pada masa itu, hanya saja, kalimatnya tidak pernah rampung ia ucapkan. Haha! Yang lebih lucu lagi, ia suka sekali menari-nari menggunakan rok warna-warni plus riasan rambut yang terbuat dari kabel listrik (saya tidak tahu darimana kabel itu ia dapatkan!).

Beranjak remaja, ia semakin memahami bahwa dunia ini punya tantangan untuk gadis seusianya. Curhat adalah hal yang paling sering ia lakoni kalau sedang dirundung kebingungan. Tentu saja saya adalah korban pertama yang harus memberikan kedua telinga untuk mendengarkannya.

Masa-masa seru kami lewati bersama. Sampai tiba harinya saya harus pindah ke kota Bandung untuk melanjutkan studi. Jarang sekali saya mengabari ia karena tentu saja saya harus berhemat. Seminggu sekali saya berbincang lewat telepon. Saat libur semester barulah kami bisa melepas rindu. Dan ia akan menjadi orang pertama yang ada di airport untuk menjemput saya.

Peristiwa yang paling mengharukan adalah saat saya akan menikah. Malam sebelumnya kami tidur bersama di kamar mama (juga dengan adik lelaki bungsu kami). Kami bernostalgia. Mengingat betapa asyiknya petualangan kami sebagai kakak adik. Kami bersyukur pada Sang Khalik karena hubungan kami sangat baik dan mesra.

Malam itu ia menangis, sembari berkata : “Yah, besok kakak menikah deh, ga asyik ah kak! Aku nanti ga bisa peluk kakak lagi sering-sering, ga bisa tidur sama kakak lagi, ga bisa cerita-cerita sampai pagi lagi.”

Saya juga menangis. Sambil mengelus kepalanya saya berbisik : “Kakak kan cuma menikah, ga kemana-mana. Semua masih bisa kita lakukan. Jangan khawatir.”

Kami pun tersenyum. Mengingat kami memang memiliki aliran darah dan keluar dari rahim yang sama.

Keesokannya, di gereja, ia menyanyikan sebuah lagu untuk saya dan mantan pacar. Sio Mama. Adalah lagu yang saya minta pada proses penghormatan kepada orangtua kami. Saya mendengar sayup-sayup nada yang merdu namun lirih. Ia membiarkan mendung di matanya mengeluarkan titik-titik air mata. Tidak sedikit. Bergerombol tumpahnya.

Saya memandangnya dari jauh, dan mengucapkan sebuah kalimat singkat. “Terimakasih, saya menyayangimu.”

Hari ini ia merayakan ulangtahun. Rasa-rasanya ia adalah adik perempuan saya yang masih kecil dan suka membiarkan jejak kaki mungilnya di tanah becek. Bermain tanpa beban. Dua puluh tahun bukanlah usia yang singkat untuk dijalani. Lika-likunya banyak. Dan pasti masih ada lagi dua puluh tahun atau empat puluh tahun atau enam puluh tahun sedang menantinya.

Saya selalu mencintaimu. Sampai kapanpun. Semoga hari ini, walaupun kita berjauhan, kasih sayang saya sampai ke hati kamu. Karena saya selalu punya itu buat kamu. Juga doa.

Fricsky Marantina Unmehopa, selamat merayakan hari kelahiranmu. Kami sayang padamu!


-Jakarta, Maret 2011, V-

1 comment: