5.04.2016

Karunia Menikmati












-google images-



Halo.

Tidak terlampau jauh berbeda dengan tulisan saya minggu lalu.

Masih berkutat tentang banyak hal.

Saya sedang mencoba untuk mencerna dua buah kata yang terngiang-ngiang sepanjang hari ini : karunia menikmati.

Sepertinya dibuat terlalu rumit ya? Mengapa harus ada kata karunia sebelum kata menikmati?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karunia adalah pemberian atau anugerah dari yang lebih tinggi kedudukannya kepada yang lebih rendah (contoh dari seorang raja kepada hambanya atau dari Tuhan kepada manusia). Sementara kata menikmati memiliki definisi merasai, mengecap, mengalami sesuatu yang menyenangkan atau memuaskan. Yang lebih ajaib, pada kata dasar menikmati : nikmat, memiliki arti yang sama dengan kata karunia, yaitu pemberian dari Tuhan kepada manusia.

Saya takjub. Ternyata karunia dan nikmat memang mungkin tidak boleh dipisahkan.

Pertanyaannya, berapa banyak dari kita yang memiliki karunia menikmati?

Apakah yang dapat dijadikan tolak ukur? Materikah? Status sosialkah? Religikah?

Banyak orang yang kaya raya tetapi tidak dapat menikmati kekayaannya. Banyak orang yang sangat populer tetapi tidak dapat menikmati ketenarannya. Banyak orang yang terlihat sangat rohani tetapi tidak dapat menikmati hubungan dengan Penciptanya. Yang dikenakan hanyalah topeng. Bahkan banyak orang yang memiliki waktu tetapi tidak dapat menikmati waktu tersebut.

Karunia menikmati itu mahal rupanya.

Belajar menikmati untuk saya bukanlah sebuah hal yang mudah. Hanya saja, beberapa tahun terakhir ini saya bersyukur diberikan kesempatan untuk mengasah diri lebih banyak, mendengar lebih banyak, berempati lebih banyak, dan bergumul lebih banyak. Setiap proses menghasilkan sesuatu yang dapat saya nikmati. Tidak muluk-muluk memang. Tetapi mampu membuat saya sadar bahwa kita tidak punya alasan untuk tidak menikmati hidup kita.

Suami yang baik, anak yang manis, teman-teman yang sudah seperti saudara sendiri, komunitas yang membangun, adalah nikmat yang tidak ternilai untuk saya. Saya menyadari bahwa Tuhan betul-betul memelihara hidup saya dengan apik dan detil.

Gelimang sukacita akan hadir dari setiap perkara. Sekalipun itu buruk. Karena semua yang terjadi akan berlalu. Selamat menikmati hidup!


-Jakarta, 040516, V-