3.19.2011

#Day 23 - Pengkhianatan




Acungkan tanganmu apabila kau pernah merasakan pengkhianatan atau jadi korban pengkhianatan.
Bagaimana rasanya?
Boleh dibagi dengan saya kronologisnya?

Hari ini saya tidak punya rencana bertemu pengkhianatan. Si pengkhianat membawanya langsung. Bukan, bukan saya yang jadi korbannya kali ini. Tapi saya tahu betul detil sakitnya. Pengkhianatan itu bertaring panjang. Rakus sekali kelihatannya tadi.

Terikat dalam tali pernikahan berarti terikat selamanya dengan norma dan tanggungjawab. Itu sih belum dihitung lagi dengan janji kepada Tuhan. Pasanganmu harusnya hanya satu. Tidak boleh seenaknya minta ditambah. Anjing saja bisa setia.

Si pengkhianat mengungkapkan penyesalannya. Melakukan sesuatu yang sudah terlalu jauh di luar koridor janji suci membuat ia ingin berlari. Rasanya campur aduk. Perasaan bersalah, tidak tenang, khawatir, jadi temannya akhir-akhir ini. Saya hanya mendengarkan dengan seksama. Sambil merinci dalam benak, mengapa ia tega berbuat khianat.

Saya tidak punya hak untuk menghakimi. Bagaimanapun juga, saya ini bukan Tuhan. Statusnya sama-sama manusia. Masih tinggal di dunia yang godaannya tidak bisa dikira-kira dengan otak awam.

Saya ini wanita yang sudah berjanji. Di hadapan Tuhan maupun manusia. Saya akan punya satu pasangan saja hingga saya mangkat. Tidak akan pernah bisa saya bayangkan apabila saya menjadi korban pengkhianatan seperti halnya pasangan si pengkhianat tadi. Bisa-bisa saya akan menggali kuburan saya sendiri lalu masuk ke dalamnya, daripada hidup dalam kesengsaraan.

Lepas dari hal benar atau salah soal pengkhianatan, tidak ada kata terlambat untuk disudahi. Tapi harus benar-benar berhenti! Karena kita tidak pernah tahu siapa yang akan menjadi penuai atas taburan benih buruk kita.

Perenungan panjang buat saya. Juga peringatan. Supaya setelah detik ini, saya bisa berhati-hati dengan langkah saya. Dan tidak jatuh ke jurang pengkhianatan.

Bagaimana dengan kau?


-Jakarta, Maret 2011, V-


No comments:

Post a Comment