2.27.2011

#Day 3 - Rindu


Saya rindu berat dengan Bandung.

Kenangan dengannya sangat lekat.

Padahal kamu tahu? Tidak pernah terlintas di benak bahwa saya akan pergi menemuinya.

Sebuah undangan universitas. Ya, dialah makcomblang saya dengan Bandung.

Pertama kopi darat sembilan tahun yang lalu. Tubuhnya memang dingin. Tapi hatinya tidak. Kami mulai berakrab ria sejak itu. Bandung menawarkan sejuta pesona.

Saya melewati banyak cerita dengan Bandung. Kuliah bersama di pagi hari. Makan siang ke Ceu Mumuk. Jalan kaki sore-sore sambil berceloteh. Makan surabi atau pisang bakar ketika langit sudah gelap dan berhiaskan bintang.

4 tahun lamanya kami merajut kasih. Hingga akhirnya saya harus pindah menemui Jakarta.

Jakarta tidak seperti Bandung. Dia sedikit lebih garang. Perawakannya tinggi besar pun hitam. Rambutnya bau asap kenalpot. Bahunya bungkuk, menahan kuk. Dia adalah wujud kerasnya persaingan dan keegoisan.
Pertama kali saya muak padanya. Saya tidak pernah diajak ke tempat-tempat romantis. Katanya, sudah tidak ada lagi tempat yang udaranya segar. Sibuk juga menjadi alasan dia yang lain. Belakangan saya baru tahu. Untuk tidur saja dia hampir tidak punya waktu. Kasihan. Satu-satunya yang berhasil dia berikan untuk saya adalah pekerjaan dan uang.

Hmmm..

Andai saja malam ini bisa bertemu dengan Bandung. Saya mau ajak Jakarta! Pasti seru kalau mereka juga berteman. Lagipula, Jakarta perlu rileks sedikit. Melupakan kesedihan dan pengkhianatan teman-teman terdahulunya.Yang hanya ingin mengeruk keuntungan darinya. Yang selalu melukai kaki dan tangannya untuk dijadikan perumahan elit. Yang merasakan sakit lambung karena dipenuhi oleh kendaraan berpolusi.

Ya, andai saja.

Sampai ketemu lagi Bandung. Saya sayang padamu. Oh ya, Jakarta titip salam!

-Jakarta, Februari 2011, V-



No comments:

Post a Comment