-google images-
Halo.
Tidak terlampau
jauh berbeda dengan tulisan saya minggu lalu.
Masih berkutat
tentang banyak hal.
Saya sedang mencoba
untuk mencerna dua buah kata yang terngiang-ngiang sepanjang hari ini : karunia
menikmati.
Sepertinya dibuat
terlalu rumit ya? Mengapa harus ada kata karunia sebelum kata menikmati?
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, karunia adalah pemberian atau anugerah dari yang lebih
tinggi kedudukannya kepada yang lebih rendah (contoh dari seorang raja kepada
hambanya atau dari Tuhan kepada manusia). Sementara kata menikmati memiliki
definisi merasai, mengecap, mengalami sesuatu yang menyenangkan atau memuaskan.
Yang lebih ajaib, pada kata dasar menikmati : nikmat, memiliki arti yang sama
dengan kata karunia, yaitu pemberian dari Tuhan kepada manusia.
Saya takjub. Ternyata
karunia dan nikmat memang mungkin tidak boleh dipisahkan.
Pertanyaannya,
berapa banyak dari kita yang memiliki karunia menikmati?
Apakah yang dapat
dijadikan tolak ukur? Materikah? Status sosialkah? Religikah?
Banyak orang yang
kaya raya tetapi tidak dapat menikmati kekayaannya. Banyak orang yang sangat
populer tetapi tidak dapat menikmati ketenarannya. Banyak orang yang terlihat
sangat rohani tetapi tidak dapat menikmati hubungan dengan Penciptanya. Yang dikenakan
hanyalah topeng. Bahkan banyak orang yang memiliki waktu tetapi tidak dapat
menikmati waktu tersebut.
Karunia menikmati
itu mahal rupanya.
Belajar menikmati
untuk saya bukanlah sebuah hal yang mudah. Hanya saja, beberapa tahun terakhir
ini saya bersyukur diberikan kesempatan untuk mengasah diri lebih banyak,
mendengar lebih banyak, berempati lebih banyak, dan bergumul lebih banyak. Setiap
proses menghasilkan sesuatu yang dapat saya nikmati. Tidak muluk-muluk memang. Tetapi
mampu membuat saya sadar bahwa kita tidak punya alasan untuk tidak menikmati
hidup kita.
Suami yang baik,
anak yang manis, teman-teman yang sudah seperti saudara sendiri, komunitas yang
membangun, adalah nikmat yang tidak ternilai untuk saya. Saya menyadari bahwa
Tuhan betul-betul memelihara hidup saya dengan apik dan detil.
Gelimang sukacita
akan hadir dari setiap perkara. Sekalipun itu buruk. Karena semua yang terjadi
akan berlalu. Selamat menikmati hidup!
-Jakarta, 040516, V-